Etnobotani Tumbuhan sebagai Bahan Tambahan Pangan oleh Masyarakat Suku Dayak Bakati’ di Dusun Segiring Kabupaten Bengkayang
Abstract
Keywords
Full Text:
Full PaperReferences
Amboupe, D., Hartana, A., dan Purwanto, Y. (2019). Kajian Etnobotani Tumbuhan Pangan Masyarakat Suku Bentong di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan-Indonesia. Media Konservasi, 24(3), 278-286.
Andriyani, P., Masriani, dan Muharini, R. (2019). Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Zat Aditif Makanan oleh Masyarakat Desa Rasau Jaya Umum Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 10(1), 74-87.
Aziz, I.R., Rahajeng, A.R.P., dan Susilo. (2018). Peran Etnobotani sebagai Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati oleh Berbagai Suku di Indonesia. In Seminar Nasional Megabiodiversitas Indonesia (pp. 54-57). Makassar, Indonesia: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan (Cetakan Pertama). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dirgari, Y., Syamswisna, dan Tenriawaru, A.B. (2022). Studi Etnobotani Upacara Adat Budaya Menanam Padi Suku Dayak Bakati’ di Dusun Segiring Kabupaten Bengkayang. Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi, 10(1), 35-46.
Karunia, F.B. (2013). Kajian Penggunaan Zat Aditif Makanan (Pemanis dan Pewarna) pada Kudapan Bahan Pangan Lokal di Pasar Kota Semarang. Jurnal Penelitian, 2(2), 72-78.
Kusnoto, Y., dan Purmintasari, Y.D. (2018). Pemukiman Awal Sungai Kapuas. Jurnal Socia: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, 15(1), 71-78.
Manangka, Christopher, A., Riza, L., dan Mukarlina. (2017). Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Penyedap Rasa Alami oleh Masyarakat Suku Dayak Kanayatn Desa Sebatih Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont, 6(3), 158-164.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. 2012. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 239/Menkes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya. 1985. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Ramadhan, S.F., Metusala, D., dan Sinaga, M. (2017). Potensi Pengembangan Tradisi Etnobotani sebagai Ekowisata Berkelanjutan: Studi Kasus Suku Mentawai di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai. Jurnal Pro-Life, 4(2), 364-374.
Ramlawati, Hamka, L., Saenab, S., dan Yunus, S.R. (2017). Zat Aditif dan Adiktif serta Sifat Bahan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ratnani, R.D. (2009). Bahaya Bahan Tambahan Makanan bagi Kesehatan. Jurnal Penelitian, 5(1), 16-22.
Robi, Y., Kartikawati, S.M., dan Muflihati. (2019). Etnobotani Rempah Tradisional di Desa Empoto Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 7(1), 130-142.
Santa, Epi, K., Mukarlina, dan Riza, L. (2015). Kajian Etnobotani Tumbuhan yang Digunakan sebagai Zat Pewarna Alami oleh Suku Dayak Iban di Desa Mensiau Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Protobiont, 4(1), 58-61.
Saparinto, C., dan Hidayati, D. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Siboro, T.D. (2019). Manfaat Keanekaragaman Hayati terhadap Lingkungan. Jurnal Ilmiah Saintek, 3(1), 1-4.
Winarno, F.G., dan Arman, M. (1991). Fisiologi Lepas Panen. Jakarta: Sastra Hudaya.
Yusriadi. (2018). Identitas Dayak dan Melayu di Kalimantan Barat. Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya, 1(2), 1-16.
DOI: https://doi.org/10.33394/bioscientist.v11i1.6492
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
Editorial Address: Pemuda Street No. 59A, Catur Building Floor I, Mataram City, West Nusa Tenggara Province, Indonesia